Biografi KH. Yahya Cholil Staquf
46
menjadi salah satu Ketua Tanfidziyah PBNU (1994-
1999) dan berperan penting dalam pendirian Lembaga
Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(LAKPESDAM) NU pada 1984 serta menjadi salah satu
direkturnya; Kiai Cholil Bisri yang berperan penting dalam
gerakan NU kembali ke Khittah 1926 pada Muktamar NU
ke-27 1984; dan, Kiai Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus
dari Rembang yang kemudian menjadi Rais Aam PBNU
menggantikan Kiai Sahal (2014-2015). Para kiai yang
terlibat dalam halaqah tersebut memiliki keahlian yang
lengkap, mulai dari ahli Fiqih sampai budayawan. Gerakan
halaqah alim ulama ini berdampak pada Muktamar NU ke-
28 di Yogyakarta, 1989 di mana mencuat wacana perlunya
Fiqih dikontekstualisasikan dengan perkembangan zaman
dan kemudian menjadi bagian dari keputusan resmi
Musyawarah Nasional NU di Lampung pada 1992.
Berbagai dinamika baik politik dan pemikiran tokoh-
tokoh NU pada masa-masa tersebut sangat berpengaruh
dalam diri Gus Yahya. Apa yang menjadi dinamika NU
juga menjadi bagian dari dinamika keluarganya karena
keluarga besar Gus Yahya memiliki keterlibatan yang
intensif dengan aktivisme tersebut. Ia mulai terlibat
dengan berbagai dinamika dan wacana baru yang sangat
berbeda dengan apa yang ia kaji sejak kecil, yaitu wacana
klasik Islam. Sejak SMA sampai perguruan tinggi ia mulai
mengenal cakrawala yang lebih luas sisi permukaan
dari politik internasional tentang dominasi Amerika,
Israel, dan lain sebagainya sebagai pemain utamanya. Ia
awalnya menaruh simpati yang dalam terhadap gerakan
dan pemikiran fundamentalisme Islam sebagai upaya
perlawanan terhadap penjajahan Barat. Namun, kehadiran
Gus Dur dapat memberikan alternatif baru terhadap arus
utama tersebut.